Rabu, 19 Desember 2012

Hubungan antara pertumbuhan penduduk dengan lapangan pekerjaan


Hubungan Antara Pertumbuhan Penduduk Dengan Lapangan Pekerjaan dan Kemiskinan
         
Tingkat pertumbuhan di indonesia sekitar 1,98% pertahun. Pertumbuhan yang tinggi dapat menimbulkan masalah kehidupan sosial , antara lain kurangnya lapangan pekerjaan sehingga banyak pengangguran .
 Selain itu pertumbuhan penduduk yang tinggi menyebabkan tidak seimbangnya kebutuhan dengan fasilitas dan jaminan-jaminan lain yang tersedia.
A.      Pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap kemiskinan
       Saat ini penduduk di indonesia berjumlah 220 juta jiwa . Indonesia menduduki urutan yang ke-4 setelah cina, india,as .
Sebagaimana diketahui perubahan angka pertumbuhan penduduk disebabkan oleh unsur-unsur:
1.      Fertilitas
2.       Mortalitas
3.       Migrasi
Fertilitas adalah kelahiran merupakan salah satu faktor penambah penduduk disamping  migrasi , jumlah kelahiran tiap tahun di indonesia masih besar, tiap” tahun jumlah kelahiran bayi di indonesia mencapai 4,5 juta jiwa.
Mortalitas adalah kematian merupakan salah satu dari 3 faktor demografis selain fertilitas dan migrasi, yang dapat mempengaruhi jumlah dan komposisi umur penduduk, faktor sosial ekonomi seperti pengetahuan tentang kesehatan , gizi, serta kemiskinan merupakan faktor individu dan keluarga mempengaruhimortalitas dalam masyarakat .
Migrasi  adalah gerak perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain dengan tujuan  untuk menetap didaerah tujuan tersebut , migrasi sering diartikan sebagai perpindahan yang relative permanen dari suatu daerah ke daerah lain .
Pertumbuhan penduduk , kualitas sumber  daya manusia (SDA) yang rendah , dan sempitnya kesempatan kerja merupakan akar dari permasalahan dan kemiskinan . Jadi faktor demografis sangat berkaitan erat dengan masalah kemiskinan .
Banyak kalangan menginginkan percepatan dan keseriusan penanganan masalah pengangguran dan kemiskinan ini. Sebab, pada hakikatnya, hasil-hasil pembangunan diperuntukkan bagi manusia itu sendiri, termasuk rakyat miskin dan para penganggur.
 Tidak ada seorang pun menginginkan menjadi miskin atau menganggur. Logikanya, apabila kemiskinan dan pengangguran akan dikurangi dengan drastis, tentu anggaran untuk itu pun mesti ditambah-hubungan yang berbanding terbalik.
Banyak ide dan teori yang dipaparkan oleh cendikiawan-cendikiawan yang mengenai hubungan antara pertumbuhan penduduk dan kemiskinan . salah satunya adalah mathlus . Mathulus meyakini jika pertumbuhan penduduk tidak dikendalikan maka suatu saat nanti sumber daya alam akan habis sehingga muncul berbagai masalah seperti wabah penyakit, kelaparan dan penderitaan manusia .
Philip hauser menganggap kemiskinan tercipta dari tidak optimalnya kerja dalam bekerja karena tidak ada kecocokan antara pekerjaan dengan pendidikan yang ditekuni .
Dari kedua teori inilah  dapet disimpulkan tinggi rendahnya jumlah penduduk berdasarkan demografi  yakni :
1.      Kelahiran
2.      Kematian
3.      Migrasi
Tingkat kelahiran yang tinggi sudah barang tentu akan meningkatkan tingkat pertumbuhan penduduk .
Tingkat kelahiran yang tinggi di indonesia kebanyakan berasal dari kategori keluarga yang miskin .
Sampai-sampai ada idiom yang menyebutkan bahwwa “ tidak ada yng bertambah dari keluarga miskin kecuali anak “
Padahal kalau banyak anak dikeluarga miskin malah menyebabkan banyak masalah atau penderitaan yang terjadi seperti gizi yang sehingga anak pun bisa dalam kondisi yang sakit dan tanggungan yang dihadapi pun cukup lumayan banyak apalagi kebutuhan pokok saat ini amatlah sangat mahal .
Dampak pertumbuhan penduduk negatif lainnya adalah :
1.      Lahan untuk bertempat tinggal dan bercocok tanam sangat berkurang.
2.      Semakin banyak limbah dan polusi yang berasal dari rumah tangga, pabrik dll.
3.      Angka pengannguran meningkat.
4.      Angka kesehatan yang buruk.
5.      Angka kemiskinan meningkat.
6.      Pembangunan daerah semakin dituntut banyak.
7.      Angka kecukupan gizi memburuk
8.      Semakin banyak wabah penyakit yang berkembang.

Pengangguran dan kemiskinan merupakan momok di banyak negara, termasuk negara maju seperti Amerika Serikat (AS) sekalipun. Ternyata tercatat 15 juta tenaga kerja atau sekitar 8 persen lebih menganggur. Apalagi, di negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian: kemiskinan relatif, kemiskinan kultural dan kemiskinan absolut. Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari fihak lain yang membantunya. Kemiskinan Absolut adalah sejumlah penduduk yang tidak mampu mendapatkan sumberdaya yang cukup untuk memenuhi kebutuha dasar.

Baldwin dan Meier mengemukakan enam sifat ekonomis yang terdapat di negara-negara miskin atau sedang berkembang yaitu :
1. Produsen barang primer : struktur produksinya terdiri dair bahan mentah dan bahan makanan. Sebagian besar penduduknya bekerja disektor pertanian dan sebagian besar penghasilan nasionalnya berasal dari sektor pertanian dan produksi primer nonpertanian.
2. Masalah tekanan penduduk : ada tiga tekanan penduduk yaitu adanya
pengangguran di desa-desa karena luas tanah yang relative sedikit dibanding penduduk yang tinggal disitu, kenaikan jumlah penduduk yang pesat karena menurunnya tingkat kematian dan naiknya tingkat kelahiran, serta naiknya tingkat beban ketergantungan yang kemudian akan menurunkan tingkat konsumsi rata-rata.
3. Sumber-sumber alam belum banyak diolah : masih banyak sumber daya yang belum diusahakan, artinya masih potensial sehingga belum menjadi sumber yang riil karena kurangnya kapital, tenaga ahli dan wirausahawan.
4. Penduduk masih terbelakang : Kualitas penduduknya sebagai faktor produksi (tenaga kerja) adalah rendah. Mereka masih merupakan faktor produksi yang kurang efisien, kurang mobilitas dalam pekerjaan baik vertical maupun horizontal. Mereka tidak mudah meninggalkan tempat kelahirannya.
5. Kekurangan kapital : adanya lingkaran yang tak berujung pangkal (vicious circle) menyebabkan kekurangan capital. Kekurangan capital disebabkan kurangnya investasi.
6. Orientasi ke perdagangan luar negeri : kebanyakan negara berkembang mengekspor komoditi yang bersifat produksi primer dan hampir sama seluruhnya.

FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN :
A. Laju Pertumbuhan Penduduk.
B. Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran.
C. Distribusi Pendapatan dan Pemerataan Pembangunan.
D. Tingkat pendidikan yang rendah.
E. Kurangnya perhatian dari pemerintah.

Pemerintah sendiri selama ini selalu memfokuskan program pembangunannya pada penanganan kedua masalah ini. Hasilnya memang belum sepenuhnya memuaskan berbagai pihak meski indikator-indikator sosial yang ada telah menunjukkan perbaikan dalam pengurangan tingkat pengangguran dan kemiskinan.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk Indonesia pada Juni 2010 sebesar 234,2 juta jiwa dengan laju pertumbuhan 1,33 persen per tahun. Dari jumlah itu, jumlah angkatan kerja kini mencapai 116 juta orang. Sebanyak 107,41 juta orang adalah penduduk yang bekerja. Sedangkan jumlah penganggur sebanyak 8,59 juta orang atau penganggur terbuka sebesar 7,41 persen. Memang itu mengalami penurunan apabila dibanding 2009 yang sebesar 8,14 persen. Penduduk miskin tahun 2010 berjumlah 31,02 juta orang atau sebesar 13,33 persen, mengalami penurunan 1,51 juta jiwa dibandingkan dengan tahun 2009 (sebanyak 32,53 juta) atau 14,15 persen.

Banyak kalangan menginginkan percepatan dan keseriusan penanganan masalah pengangguran dan kemiskinan ini. Sebab, pada hakikatnya, hasil-hasil pembangunan diperuntukkan bagi manusia itu sendiri, termasuk rakyat miskin dan para penganggur. Tidak ada seorang pun menginginkan menjadi miskin atau menganggur. Logikanya, apabila kemiskinan dan pengangguran akan dikurangi dengan drastis, tentu anggaran untuk itu pun mesti ditambah-hubungan yang berbanding terbalik.

Oleh karena itu, jika perlu, pemerintah dapat memplot anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) khusus untuk pengentasan kemiskinan dan pengangguran, sebagaimana pemerintah memplot 20 persen APBN-nya untuk sektor pendidikan. Di sisi lain, pemerintah dapat juga meningkatkan stimulus fiskalnya khusus untuk mengurangi atau mengentaskan kemiskinan dan pengangguran.

Memang, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2010-2014, tersurat pemerintah akan terus melanjutkan tiga strategi pembangunan ekonomi, yaitu pro growth, pro job dan pro poor. Termasuk di dalamnya mewujudkan pertumbuhan disertai pemerataan (growth with equity). Ketiga strategi itu diharapkan sebagai pendorong percepatan laju pertumbuhan ekonomi yang dapat memberikan lebih banyak kesempatan kerja. Dengan demikian, makin banyak keluarga Indonesia dapat menikmati hasil-hasil pembangunan dan dapat keluar dari kemiskinan.

Prioritas pembangunan nasional yang dijabarkan dalam RPJM 2010-2014 terdapat 11 butir, antara lain penanggulangan kemiskinan serta peningkatan kesejahteraan rakyat. Yang disebut terakhir menuntut tidak hanya pertumbuhan ekonomi tinggi, namun juga pertumbuhan ekonomi berkualitas (inklusif) dan berkeadilan. Tantangan utama pembangunan ke depan tentu menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan, yang mampu menciptakan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan.

Bagaimanapun, pembangunan ekonomi yang pro growth, pro job, dan pro poor perlu terus dilaksanakan. Cara yang ditempuh adalah dengan memperluas cakupan program pembangunan berbasis masyarakat, serta meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, air bersih, dan juga lembaga keuangan. Komitmen ini hendaknya tidak sebatas rencana dan wacana, namun benar-benar harus dapat direalisasikan dan diimplementasikan.
Sebenarnya, kondisi perekonomian dunia yang terus membaik sebagai akibat krisis finansial global mempunyai pengaruh terhadap kinerja perekonomian domestik. Ini terindikasi dari meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi. Dengan dukungan kebijakan pemerintah yang ekspansif, peningkatan laju pertumbuhan ekonomi seharusnya dapat memperluas terciptanya lapangan kerja baru.

Berbagai program dan upaya harus terus dilaksanakan pemerintah, seperti perluasan kesempatan kerja, pemberian subsidi, bantuan sosial dan lain-lain. Ini penting untuk menurunkan tingkat kemiskinan tahun 2010 yang berada pada kisaran 12-13,5 persen. Begitu juga untuk menciptakan pembangunan ekonomi berkualitas dan berkeadilan, berbagai langkah perlu dilakukan untuk menciptakan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan. Tentu untuk merealisasikannya diperlukan penyempurnaan peraturan mengenai ketenagakerjaan, pelaksanaan negosiasi tripartit, serta penyusunan standar kompetensi, penempatan, perlindungan, dan pembiayaan tenaga kerja ke luar negeri.
Kesimpulannya adalah bahwa pertumbuhan penduduk sangat berkaitan dengan kemiskinan dan kesejahteraan  masyarakat .  Kemiskinan memang tidak mungkin dihilangkan, namun bukan tidak mungkin untuk mengurangi persentase kemiskinan. Negara yang ingin membangun perekonomiannya harus mampu meningkatkan standar hidup penduduk negaranya, yang diukur dengan kenaikan penghasilan riil per kapita. Apabila aspek-aspek telah dilakukan akan membantu para penentu kebijakan dan perancanaan program pembangunan kependudukan dan peningkatan kesejahteraan rakyat agar tepat sasaran .

Sumber :