Minggu, 29 Mei 2016

Perancis dan Inflasi

Nama Anggota          :  Candra Wibowo Mukti (21212550)
                                       Fathria Dwi Utami (22212801)
                                       Indri Agustian Fitriani (23212717)
                                       Rahayu Fitri Romadini (25212906)
Kelas                           : 4EB25
A.    SEJARAH SINGKAT PERANCIS
Negara Prancis adalah sebuah negara yang terletak di Eropa Barat dan juga memiliki berbagai pulau dan teritori seberang laut yang terletak di benua lain. Perancis Metropolitan memanjang dari Laut Mediterania hingga Selat Inggris dan Laut Utara, dan dari Rhine ke Samudera Atlantik. Orang Perancis sering menyebut Perancis Metropolitan sebagai "L'Hexagone" ("Heksagon") karena bentuk geometris teritorinya. Perancis adalah sebuah republik kesatuan semi-presidensial yang tidak punya presiden. Ideologi utamanya tercantum dalam Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga Negara.
Perancis berbatasan dengan Belgia, Luksemburg, Jerman, Swiss, Italia, Monako, Andorra, dan Spanyol. Karena memiliki departemen seberang laut, Perancis juga berbagi perbatasan tanah dengan Brasil dan Suriname (berbatasan dengan Guyana Perancis), dan Sint Maarten (berbatasan dengan Saint-Martin). Perancis juga terhubung dengan Britania Raya oleh Terowongan Channel, yang berada di bawah Selat Inggris.
Perancis telah menjadi salah satu kekuatan terbesar dunia sejak pertengahan abad ke-17. Pada abad ke-18 dan 19, Perancis membuat salah satu imperium kolonial terbesar saat itu, membentang sepanjang Afrika Barat dan Asia Tenggara, memengaruhi budaya dan politik daerah. Perancis adalah negara maju, dengan ekonomi terbesar keenam (PDB nominal) atau kedelapan (PPP) terbesar di dunia. Merupakan negara yang paling banyak dikunjungi di dunia, menerima 82 juta turis asing per tahun. Perancis adalah salah satu negara pendiri Uni Eropa, dan memiliki wilayah terbesar dari semua anggota. Perancis juga negara pendiri Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan anggota Francophonie, G8, NATO, dan Uni Latin. Merupakan salah satu dari lima anggota permanen Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, juga kekuatan nuklir yang besar dengan 360 hulu ledak aktif dan 59 pembangkit listrik tenaga nuklir.

B.     PEREKONOMIAN PERANCIS DALAM TINGKAT INFLASI
Sesudah perang, Perancis mengalami kemerdekaan ekonomi secara terus menerus. Banyaknya utang perang dan biaya pembangunan yang besar. Sistem pajak yang sudah kuno dan uang Franc yang merosot nilainya. Kabinet silih berganti dan adanya inflasi. Pemerintahan sudah mendekati keruntuhan sekalipun kabinet dengan sekuat tenaga menstabilisir anggaran belanja Negara. Kemunduran ekonomi tersebut dibarengi pula dengan krisis ekonomi dunia dan hilangnya pemasukan uang melalui pariwisata, tidak dibayarkannya hutang perang oleh Jerman. Rakyat Perancis belum mengerti hubungan pembayaran pajak dengan pembangunan Negara Elzas Lotharingen. Penyerahan daerah Elzas Lotharingen kepada Perancis oleh perjanjian Versailles segera timbulnya perselisihan mengenai agama, bahasa, hak-hak politik dan politik perekonomian.
Roy Davies dan Glyn Davies, 1996 dalam bukunya The History of Money From Ancient time to Present Day, menguraikan sejarah kronologis secara komprehensif tentang krisis dunia yang pernah terjadi.  Menurut mereka, sepanjang abad 20 telah terjadi lebih 20 kali krisis besar yang melanda banyak negara. Fakta ini menunjukkan bahwa secara rata-rata, setiap 5 tahun terjadi krisis keuangan hebat yang mengakibatkan penderitaan bagi ratusan juta umat manusia. Salah satunya adalah pada tahun 1929 – 1930 The Great Crash (di pasar modal NY) & Great Depression (Kegagalan Perbankan); di US, hingga net national productnya terbangkas lebih dari setengahnya. Selanjutnya, pada tahun 1931 Austria mengalami krisis perbankan, akibatnya kejatuhan perbankan di German, yang kemudian mengakibatkan berfluktuasinya mata uang internasional. Hal ini membuat UK meninggalkan standard emas. Kemudian 1944 – 1966 Perancis mengalami hyper inflasi akibat dari kebijakan yang mulai meliberalkan perekonomiannya. Tingkat inflasi dibagi menjadi 3 kategori, yaitu inflasi ringan (dibawah 10%), inflasi sedang (antara 10% - 30%), dan inflasi berat (di atas 30%). Menurut tradingeconomics.com, terjadi inflasi sedang di Perancis pada tahun 1958 yang berkisar di atas 10% bahkan hampir mencapai 20%, lebih tepatnya pada bulan Juli 1958 yang mencapai 18,80% yang merupakan inflasi tertinggi yang pernah terjadi dalam sejarah Perancis. Kemudian juga terjadi inflasi sedang di Perancis pada pertengahan tahun 1970-an dan awal tahun 1980-an yang tingkat inflasinya mencapai 15%. Sementara pada tahun 1990 hingga tahun 2016, tingkat inflasi di Perancis ringan, yaitu berada di bawah 10% bahkan mencapai titik terendah yaitu sebesar -0,70%.
Berikut ini adalah grafik inflasi yang terjadi di Perancis pada tahun 1950 hingga tahun 2016 :
France Inflation Rate
France Inflation Rate
France Inflation Rate
France Inflation Rate
C.    KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENGATASI DAMPAK INFLASI
Inflasi tentunya harus diatasi dan untuk mengatasinya dapat dilakukan pemerintah dengan cara melakukan beberapa kebijakan yang menyangkut bidang moneter, fiskal dan non moneter. Adapun penjelasan kebijakan tersebut akan diuraikan di bawah ini.
1.      Kebijakan Moneter 
Kebijakan pemerintah melalui Bank Sentral sebagai pemegang otoritas moneter yang berkaitan dengan pengendalian jumlah uang beredar dan pengakuan tingkat suku bunga dan kredit. Instrumen-instrumen kebijakan moneter melalui Bank Sentral untuk menanggulangi masalah inflasi adalah:
a.       Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Usaha atau tindakan-tindakan untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk membeli atau menjual surat-surat berharga milik negara. Kegiatan penjualan surat berharga ini akan mengurangi cadangan wajib bank umum. Dan jumlah uang beredar di masyarakat akan berkurang serta kenaikan harga-harga pun dapat ditekan.
b.      Kebijakan Tingkat Suku Bunga Diskonto (Discount Rate Policy)
Tindakan Bank Sentral dengan mengubah tingkat suku bunga diskonto yang harus dibayar oleh bank umum atas dana pinjaman dari Bank Sentral. Kenaikan suku bungan diskonto akan menyebabkan naik suku bunga kredit kepada masyarakat. Sehingga kredit investasi yng diberikan akan turun. Turunnya kredit investasi akan berakibat menurunnya pendapatan nasional dan berpengaruh terhadap turunnya permintaan agregat dan harga-harga barang pun akan turun.
c.       Kebijakan Cadangan Wajib (Reserve Requirement Policy)
Berkaitan dengan tindakan Bank Sentral dalam menetapkan cadangan wajib bagi bank umum di Bank Sentral. Jika cadangan wajib yang dikenakan oleh Bank Sentral tinggi, jumlah pasokan uang akan turun, selanjutnya jumlah uang beredar di masyarakat menjadi lebih sedikit sehingga harga-harga pun berkurang.
d.      Kebijakan Kredit Selektif
Berkaitan dengan kebijakan bank umum dalam menyalurkan kredit kepada nasabah (masyarakat) dengan memperhatikan unsur character, collateral, capital, capacity, dan condition of economy.

2.      Kebijakan Fiskal
Kebijakan ini menyangkut pengaturan pengeluaran pemerintah dan perpajakan yang secara langsung memegaruhi permintaan total dan memengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijakan fiskal seperti pengurangan pengeluaran pemerintah dan kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total. Adapun cara yang dapat ditempuh dalam kebijakan fiskal, yaitu:
a.       Meningkatkan penerimaan pajak, dengan memberlakukan tingkat pajak yang tinggi bagi unis usaha yang tidak memproduksi kebutuhan pokok masyarakat atau dengan mengenakan jenis-jenis pajak baru.
b.      Mengurangi pengeluaran pemerintah, dengan jalan menunda atau menghapuskan pengeluaran yang bukan prioritas.
c.       Mengadakan pinjaman pemerintah, yaitu mengurangi pembayaran yang dilakukan pada masyarakat dan mengembalikannya di kemudian hari, misalnya dalam bentuk pensiun.

3. Kebijakan Non-Moneter 
Kebiajakan Non Moneter dapat dilakukan dengan cara menaikan hasil produksi, kebijakan upah dan pengawasan harga dan distribusi barang.
a.       Menaikan hasil produksi, cara ini cukup efektif mengingat inflasi disebabkan oleh kenaikan jumlah barang konsumsi tidak seimbang dengan jumlah uang yang beredar. Oleh karena itu pemerintah membuat prioritas produksi atau memberi bantuan (subsidi) kepada sektor produksi bahan bakar, produksi beras.
b.      Kebijakan upah, tidak lain merupakan upaya menstabilkan upah/gaji, dalam pengertian bahwa upah tidak sering dinaikan karena kenaikan yang relatif sering dilakukan akan dapat meningkatkan daya beli dan pada akhirnya akan meningkatkan permintaan terhadap barang-barang secara keseluruhan dan pada akhirnya akan menimbulkan inflasi.
c.       Pengawasan harga dan distribusi barang dimaksudkan agar harga tidak terjadi kenaikan, hal ini seperti yang dilakukan pemerintah dalam menetapkan harga tertinggi (harga eceran tertinggi/HET). Pengendalian harga yang baik tidak akan berhasil tanpa ada pengawasan. Pengawasan yang baik biasanya akan menimbulkan pasar gelap. 
Sumber :
http://id.tradingeconomics.com/france/inflation-cpi