Sabtu, 23 Maret 2013

Tugas kelompok perekonomian Indonesia


Aulia Chindiyana Prima / 21212248 / 1EB18
Feby Dharma Pratiwi / 22212880 / 1EB18
Poppy Desnia / 28212080 / 1EB18
Rahayu Fitri Romadini / 25212906 / 1EB18

Tugas 1
PENGANGGURAN
A.     Definisi Pengangguran
Pengangguran bukanlah orang yang hanya diam tanpa berusaha mencari pekerjaan, tetapi arti dari pengangguran yang sebenarnya adalah mereka yang mau mencari atau sedang mencari pekerjaan tetapi mereka belum mendapatkan pekerjaan tersebut. Dalam perkembangannya, pengangguran dapat dibedakan berdasarkan factor penyebab dan menurut lama waktu mereka bekerja.

1.      Jenis pengangguran dan penyebabnya

a)      Jenis pengangguran menurut faktor penyebab terjadinya :
ü  Pengangguran konjungtur/siklis (cyclical unemployment), yaitu pengangguran yang berkaitan dengan turunnya kegiatan perekonomian suatu negara.
ü  Pengangguran structural, yaitu pengangguran yang terjadi karena perubahan struktur atau perubahan komposisi perekonomian.
ü  Pengangguran friksional, yaitu pengangguran yang terjadi karena kesulitan temporer dalam mempertemukan pemberi kerja dan pelamar kerja.
ü  Pengangguran musiman, yaitu pengangguran yang terjadi karena pergantian musim.



b)     Jenis pengangguran menurut lama waktu kerja
ü  Pengangguran terbuka (open unemployment), yaitu situasi dimana orang sama sekali tidak bekerja dan berusaha mencari pekerjaan.
ü  Setengah menganggur (underemployment), yaitu situasi dimana orang bekerja,tapi tenaganya kurang termanfaatkan secara maksimal,  yaitu mereka yang bekerja kurang dari 35 jam/minggu dan penghasilan yang diperoleh.
ü  Belerja penuh, yaitu mereka yang bekerja lebih dari 35 jam/minggu.


B.      Ciri-ciri Pengangguran di Indonesia
1)      Jumlah penduduk yang tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan
2)      Perkembangan inovasi teknologi, informasi yang menyebabkan kurangnya penyerapan SDM
3)       Persaingan era globalisasi yang ketat membutuhkan SDM yang berkualitas baik IQ maupun EQ dengan standar kerja yang berlaku.
4)      Sifat malas yang dimiliki calon pekerja memasuki lapangan kerja yang tersedia karena memilih pekerjaan yang cocok sesuai minat dan besarnya gaji yang diharapkan
5)      Gengsi yang tinggi terhadap pekerjaan yang ditawarkan
6)      Takut menghadapi  resiko kerja atau usaha takut gagal


INFLASI dan PENGANGGURAN
Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang di pasar atau naiknya harga barang/bahan pokok secara menyuluruh dan merata sehingga membuat nialai mata uang menjadi rendah/ barang yang di dapat lebih sedikit..
Dampak inflasi           :
·         Turunnya pendapatan riil bagi masyarakat yang berpenghasilan tetap.
·         Menghambat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia
·         Turunnya nilai tabungan masyarakat.
·         Turunnya kekayaan masyarakat yang berbentuk kas.

Oleh karena itu, inflasi menyebabkan terjadinya penurunan jumlah tenaga kerja karena permintaan yang ditawarkan konsumen berkurang sehingga akan berpengaruh pada jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan dimana perusahaan menjadi tidak mampu lagi untuk membayar gaji/ upah dan akan melakukan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja).
Akibat dari PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) tersebut secara otomatis akan menambah jumlah pengangguran yang ada. Tingkat Pengangguran adalah jumlah orang yang menganggur sebagai persentase dari angkatan kerja. Lapangan kerja cenderung turun ketika output agregat turun dan meningkat ketika output agregat naik. Akan tetapi, penurunan permintaan tenaga kerja tidak selalu berarti bahwa pengangguran akan naik.
Kurva Phillips adalah perspektif teoritis tentang hubungan yang ada antara inflasi dan pengangguran, Kurva phillips menggambarkan ketika inflasi naik maka tingkat kerja yang tinggi dan jika inflasi rendah dalam perekonomian maka tingkat ketenagakerjaan rendah dalam perekonomian.
Laju inflasi = Tingkat kenaikan upah – Tingkat kenaikan produktivitas


Hubungan antara Tingkat Upah dan Pengangguran

Dari gambar diatas, kurva tersebut menggambarkan adanya hubungan negatif antara laju inflasi dengan pengangguran, yaitu ketika Laju inflasi tinggi maka pengangguran rendah (dan output tinggi). Akan tetapi kebalikannya juga justru dapat terjadi yakni kenaikan harga-harga secara umum, yang dilihat dari laju inflasi akan menurunkan output (produksi nasional) dan dengan sendirinya meningkatkan pengangguran. 
Untuk bisa bertahan pada tingkat daya beli seperti sebelumnya, para pekerja harus mendapatkan gaji paling tidak sebesar tingkat inflasi. Jika tidak, rakyat tidak lagi mampu membeli barang-barang yang ditawarkan. Jika barang-barang yang diproduksi tidak ada yang membeli maka akan banyak perusahaan yang berkurang keuntungannya yang menyebabkan adanya reduksi cost sebagai konsekuensi atas menurunnya keuntungan yang diperoleh. Hal inilah yang akan mendorong perusahaan untuk mengurangi jumlah pekerja/buruhnya dengan mem-PHK para buruh. Salah satu dari jalan keluar dari krisis ini adalah menstabilkan rupiah. Membaiknya nilai tukar rupiah tidak hanya tergantung kepada money suplly dari IMF, tetapi juga investor asing (global investment society) yang mengalirkan modalnya masuk ke Indonesia (capital inflow). Karena hal inilah maka pengendalian laju inflasi adalah penting dalam rangka mengendalikan angka pengangguran.

Hubungan inflasi, output dan pengangguran sangat ditentukan oleh aggregat penawaran dan permintaan terhadap barang-barang dan jasa-jasa yang ditawarkan. Apabila agregat permintaan meningkat, maka permintaan terhadap tenaga kerja juga akan meningkat (pengangguran berkurang dengan otomatis) dan produksi nasional juga meningkat (pertumbuhan ekonomi meningkat dengan otomatis). Akan tetapi, sebaliknya, kenaikan agregat permintaan tersebut akan menaikkan harga-harga (meningkatkan laju inflasi) yang dinamakan hubungan negatif inflasi dan pengangguran.

Referensi :
Sukirno, Sadono, Makroekonomi Teori Pengantar edisi ketiga. Jakarta: Rajawali Pers, 2011
Badrudin, Rudy, Ekonomi Makro. Jakarta: Universitas Gunadarma, 1993

Tidak ada komentar:

Posting Komentar